Wayang
orang
Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang
wong bahasa Jawa adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang
sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut.
Sesuai dengan nama sebutannya,
wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang
(wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain),
akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang
tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada
wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang
kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/
dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.
Pertunjukkan wayang orang yang
masih ada saat ini, salah satunya adalah wayang orang Barata di kawasan pasar
Senin, Jakarta, Taman Mini Indonesia Indah, Taman Sriwedari (Solo), dan
lain-lain.
Wayang Orang merupakan bentuk
perwujudan dari wayang kulit yang diperagakan oleh manusia. Jadi kesenian
wayang orang ini merupakan refleksi dari wayang kulit. Bedanya, wayang orang
ini bisa bergerak dan berdialog sendiri. Fungsi dan pementasan Wayang Orang,
disamping sebagai tontonan biasa kadang-kadang juga digunakan untuk memenuhi
nadzar.
Sebagaimana dalam wayang kulit,
lakon yang biasa dibawakan dalam Wayang Orang juga bersumber dari Babad Purwa
yaitu Mahabarata dan Ramayana. Kesenian Wayang Orang yang hidup dewasa ini pada
dasarnya terdiri dari dua aliran yaitu gaya Surakarta dan gaya Yogyakarta.
Perbedaan yang ada di antara dua
aliran terdapat terutama pada intonasi dialog, tan, dan kostum.
Dialog dalam Wayang Orang gaya
Surakarta lebih bersifat realis sesuai dengan tingkatan emosi dan suasana yang
terjadi, dan intonasinya agak bervariasi.
Dalam Wayang Orang gaya Yogyakarta dialog distilisasinya sedemikian rupa dan mempunyai pola yang monoton.
Dalam Wayang Orang gaya Yogyakarta dialog distilisasinya sedemikian rupa dan mempunyai pola yang monoton.
Hampir semua group Wayang Orang
yang dijumpai menggunakan dialog gaya Surakarta. Jika toh ada perbedaan,
perbedaan tersebut hanya terdapat pada tarian atau kadangkadang pada
kostum. Untuk menyelenggarakan
pertunjukan wayang orang secara lengkap, biasanya dibutuhkan pendukung sebanyak
35 orang, yang terdiri dari:
(1) 20 orang sebagai pemain (terdiri
dari pria dan wanita);
(2) 12 orang sebagai penabuh
gamelan merangkap wiraswara;
(3) 2 orang sebagai waranggana;
(4)1 orang sebagai dalang.
Dalam pertunjukan Wayang Orang,
fungsi dalang yang juga merupakan sutradara tidak seluas seperti pada wayang
kulit.
Dalang wayang orang bertindak
sebagai pengatur perpindahan adegan, yang ditandai dengan suara suluk atau
monolog.
Dalam dialog yang diucapkan oleh
pemain, sedikit sekali campur tangan dalang. Dalang hanya memberikan
petunjuk-petunjuk garis besar saja. Selanjutnya pemain sendiri yang harus
berimprovisasi dengan dialognya sesuai dengan alur ceritera yang telah
diberikan oleh sang dalang.
Pola kostum dan make up Wayang
Orang disesuaikan dengan bentuk (patron) wayang kulit, sehingga pola tersebut
tidak pernah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Pertunjukan Wayang Orang
menggunakan konsep pementasan panggung yang bersifat realistis. Setiap gerak
dari pemain dilakukan dengan tarian, baik ketika masuk panggung, keluar
panggung, perang ataupun yang lain-lain.
Gamelan yang dipergunakan seperti
juga dalam wayang kulit adalah pelog dan slendro dan bila tidak lengkap
biasanya dipakai yang slendro saja.
Lama pertunjukan wayang orang biasanya sekitar 7 atau 8 jam untuk satu lakon, biasanya dilakukan pada malam hari.
Lama pertunjukan wayang orang biasanya sekitar 7 atau 8 jam untuk satu lakon, biasanya dilakukan pada malam hari.
Pertunjukan pada siang hari jarang
sekali dilakukan. Sebelum pertunjukan di mulai sering ditampilkan pra-tontonan
berupa atraksi tari-tarian yang disebut ekstra, yang tidak ada hubungannya
dengan lakon utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar